Salam..
Selamat siang kawan. Sudah masuk bulan februari aja ya. Duh, ngga terasa ini blog ga keurus. Tapi kali ini ada waktu buat share informasi lagi buat kawan-kawan yg nyempetin waktu mampir di blog ini. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk saya dan yg mampir di blog ini..
Langsung aja di baca dan di resapi..
Racun pertama : Menghindar
Gejalanya: Lari dari kenyataan, mengabaikan tanggung jawab, padahal
dengan melarikan diri dari kenyataan, kita hanya akan mendapatkan
kebahagiaan semu yang berlangsung sesaat.
Antibodinya: Realitas
Cara: Berhentilah menipu diri. Jangan terlalu serius dalam menghadapi
masalah karena rumah sakit jiwa sudah dipenuhi pasien yang selalu
mengikuti kesedihannya dan merasa lingkungannya menjadi sumber frustasi.
Jadi, selesaikan setiap masalah yang dihadapi secara tuntas dan
yakinilah bahwa segala sesuatu yang terbaik selalu harus diupayakan
dengan keras.
Racun kedua : Ketakutan
Gejalanya: Tidak
yakin diri, tegang, cemas yang antara lain bisa disebabkan kesulitan
keuangan, konflik perkawinan, problem seksual, dll.
Antibodinya: Keberanian
Cara: Hindari menjadi sosok yang bergantung pada kecemasan. Ingatlah,
99 persen hal yang kita cemaskan tidak pernah terjadi. Keberanian adalah
pertahanan diri paling ampuh. Gunakan analisis intelektual dan carilah
solusi masalah melalui sikap mental yang benar. Keberanian merupakan
proses reedukasi. Jadi, jangan segan mencari bantuan dari ahlinya,
seperti psikiater atau psikolog.
Racun ketiga : Egoistis
Gejalanya: Materialistis, agresif, lebih suka meminta daripada memberi.
Antibodinya: Bersikap sosial
Cara: Jangan mengeksploitasi teman. Kebahagiaan akan diperoleh apabila
kita dapat menolong orang lain. Perlu diketahui, orang yang tidak
mengharapkan apapun dari orang lain adalah orang yang tidak pernah
merasa dikecewakan.
Racun keempat : Stagnasi
Gejalanya: Berhenti satu fase, membuat diri kita merasa jenuh, bosan, dan tidak bahagia.
Antibodinya: Ambisi
Cara: Teruslah berkembang, artinya kita terus berambisi di masa depan
kita. Kita kan menemukan kebahagiaan dalam gairah saat meraih ambisi
kita tersebut.
Racun kelima : Rasa rendah diri
Gejalanya: Kehilangan keyakinan diri dan kepercayaan diri serta merasa tidak memiliki kemampuan bersaing.
Antibodinya: Keyakinan diri
Cara: Seseorang tidak akan menang bila sebelum berperang, yakin dirinya
akan kalah. Bila kita yakin akan kemampuan kita, sebenarnya kita sudah
mendapatkan separuh dari target yang ingin kita raih. Jadi, sukses
berawal pada saat kita yakin bahwa kita mampu mencapainya.
Racun keenam : Narsistik
Gejalanya: Kompleks superioritas, terlampau sombong, kebanggaan diri palsu.
Antibodinya: Rendah hati
Cara: Orang yang sombong akan dengan mudah kehilangan teman, karena
tanpa kehadiran teman, kita tidak akan bahagia. Hindari sikap sok tahu.
Dengan rendah hati, kita akan dengan sendirinya mau mendengar orang lain
sehingga peluang 50 persen sukses sudah kita raih.
Racun ketujuh : Mengasihani diri
Gejalanya: Kebiasaan menarik perhatian, suasana yang dominan, murung, merasa menjadi orang termalang di dunia.
Antibodinya: Sublimasi
Cara: Jangan membuat diri menjadi neurotik, terpaku pada diri sendiri.
Lupakan masalah diri dan hindari untuk berperilaku sentimentil dan
terobsesi terhadap ketergantungan kepada orang lain..
Racun kedelapan : Sikap bermalas-malasan
Gejalanya: Apatis, jenuh berlanjut, melamun, dan menghabiskan waktu dengan cara tidak produktif, merasa kesepian.
Antibodinya: Kerja
Cara: Buatlah diri kita untuk selalu mengikuti jadwal kerja yang sudah
kita rencanakan sebelumnya dengan cara aktif bekerja. Hindari
kecenderungan untuk membuat keberadaaan kita menjadi tidak berarti dan
mengeluh tanpa henti.
Racun kesembilan : Sikap tidak toleran
Gejalanya: Pikiran picik, kebencian rasial yang picik, angkuh, antagonisme terhadap agama tertentu, prasangka religius.
Antibodinya: Kontrol diri
Cara: Tenangkan emosi kita melalui seni mengontrol diri. Amati mereka
secara intelektual. Tingkatkan kadar toleransi kita. Ingat bahwa dunia
diciptakan dan tercipta dengan keberagaman kultur dan agama.
Racun kesepuluh : Kebencian
Gejalanya: Keinginan balas dendam, kejam, bengis.
Antibodinya: Cinta kasih
Cara: Hilangkan rasa benci. Belajar memaafkan dan melupakan. Kebencian
merupakan salah satu emosi negatif yang menjadi dasar dari rasa
ketidakbahagiaan. Orang yang memiliki rasa benci biasanya juga membenci
dirinya sendiri karena membenci orang lain. Satu-satunya yang dapat
melenyapkan rasa benci adalah cinta. Cinta kasih merupakan kekuatan
hakiki yang dapat dimiliki setiap orang.
****
Ternyata 10 Racun tersebut berasal dari pemikiran dan hati kita sendiri yang membuat rusaknya keimanan diri.
Dalam bukunya imam ghazali tentang hati dijelaskan, kalau hati itu
punya racunnya antara lain : banyak makan, banyak memandang ,banyak
bicara ,dan juga banyak bergaul. kalau saya boleh tambahin lagi, banyak
tertawa juga akan mematikan (kepekaan dan kelembutan) hati.
Salah satu peringatan paling mujarab untuk obat hati adalah mengingat
kematian karenanya rasul bersabda : “Perbanyaklah kalian mengingat
pemutus kelezatan (yakni kematian).”
Terima kasih sudah mampir dan baca-baca di blog ini. Semoga bermanfaat dan dapat diambil hikmahnya ..
Salam kawan.
Sumber: Google
Sunday, February 24, 2013
Thursday, January 3, 2013
Anakku, maafkan ayah
Salam ...
Awal bulan minggu pertama nih.. Saya mau posting kembali mumpung semangat nih kawan. Kali ini saya akan share tulisan yang sangat 'mengena' banget buat para ayah dimanapun kalian berada. Silahkan di baca...
******
Dulu, kuharap kau lahir menemani hariku, tapi
ketika kau beranjak besar aku begitu berat untuk menemanimu duduk sembari
bercerita banyak hal.
Dulu, kedua telapak tanganku begitu ringan kutempelkan diwajahku, lalu kubuka untuk mengagetkanmu dengan teriakan "Ciluuuk baaa!".
Dulu, aku tergopoh-gopoh lari untuk menggendongmu kala menangis karena ibumu sedang ke kamar mandi lalu menggoyang2kan badanmu sambil bernyanyi menghiburmu.
Dulu, itu dulu! Tapi kesibukanku kini mengubahku untuk menjauh darimu, anakku. Walau kadang kita dekat, tapi terasa sangat jauh karena MUKAKU KAKU karena LELAHKU.
Tak terhitung lagi banyaknya aku menolak undangan sekolahmu yang mengundangku untuk melihatmu beraksi pentas bersama teman2mu. Tak terhitung lagi banyaknya aku menolak panggilanmu untuk sekedar bermain. Tak terhitung lagi dan lagi banyaknya aku menolak permintaanmu saat mengajak bicara. Tak terhitung lagi aku menolak untuk mengajarkan banyak hal tentang kehidupan ini. Dapat kuhitung hanya begitu banyak aku memenuhi semua permintaanmu untuk membelikan sesuatu. Itupun kadang tanpa aku ada.
Sering juga aku enggan mengusapkan tangan ke pipimu yang sedang meneteskan airmata. Kadang malah aku berteriak "Diaaaaam!" sehingga tangismu menjadi sesenggukan.
Setiap malam selalu kulewatkan kemesraan kita, meski cuma sekali, untuk membaringkan tubuhmu yang letih. Karena aku selalu bergumam dalam hati bahwa aku Letih karena telah banyak berjasa mencari uang yang tak seberapa.
Kini aku benar2 lelah Anakku, lelah telah menganggap segepok uang di saku bisa membeli kepatuhan dan kewibawaan diriku sebagai Ayah.
Dulu, kedua telapak tanganku begitu ringan kutempelkan diwajahku, lalu kubuka untuk mengagetkanmu dengan teriakan "Ciluuuk baaa!".
Dulu, aku tergopoh-gopoh lari untuk menggendongmu kala menangis karena ibumu sedang ke kamar mandi lalu menggoyang2kan badanmu sambil bernyanyi menghiburmu.
Dulu, itu dulu! Tapi kesibukanku kini mengubahku untuk menjauh darimu, anakku. Walau kadang kita dekat, tapi terasa sangat jauh karena MUKAKU KAKU karena LELAHKU.
Tak terhitung lagi banyaknya aku menolak undangan sekolahmu yang mengundangku untuk melihatmu beraksi pentas bersama teman2mu. Tak terhitung lagi banyaknya aku menolak panggilanmu untuk sekedar bermain. Tak terhitung lagi dan lagi banyaknya aku menolak permintaanmu saat mengajak bicara. Tak terhitung lagi aku menolak untuk mengajarkan banyak hal tentang kehidupan ini. Dapat kuhitung hanya begitu banyak aku memenuhi semua permintaanmu untuk membelikan sesuatu. Itupun kadang tanpa aku ada.
Sering juga aku enggan mengusapkan tangan ke pipimu yang sedang meneteskan airmata. Kadang malah aku berteriak "Diaaaaam!" sehingga tangismu menjadi sesenggukan.
Setiap malam selalu kulewatkan kemesraan kita, meski cuma sekali, untuk membaringkan tubuhmu yang letih. Karena aku selalu bergumam dalam hati bahwa aku Letih karena telah banyak berjasa mencari uang yang tak seberapa.
Kini aku benar2 lelah Anakku, lelah telah menganggap segepok uang di saku bisa membeli kepatuhan dan kewibawaan diriku sebagai Ayah.
Maafkan Aku,
Tangerang, Desember 2012
Terima kasih sudah menyempatkan mampir dan baca tulisan ini kawan..
Salam kawan.
sumber: FB @dongengkakawam
Subscribe to:
Posts (Atom)